MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Pemeliharaan
didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk menjaga agar fasilitas
tetap berada pada kondisi yang sama pada saat pemasangan awal sehingga dapat
terus bekerja sesuai dengan kapasitas
produksinya. Tujuan manajemen pemeliharaan:
-
Memaksimalkan produksi pada biaya yang
rendah dan kualitas yang tinggi dalam standar keselamatan yang optimum
-
Mengidentifikasi dan mengimplementasikan
pengurangan biaya
-
Memberikan laporan yang akurat tentang
pemeliharaan peralatan
-
Mengumpulkan informasi yang penting
tentang biaya pemeliharaan
-
Mengoptimalkan sumberdaya pemeliharaan
-
Mengoptimalkan usia peralatan
-
Meminimalkan penggunaan energi
-
Meminimalkan persediaan
Jenis
Pemeliharaan
Tipe
pemeliharaan atau pemeliharaan dapat dibagi kepada:
1. Pemeliharaan
waktu rusak (breakdown maintenance), yaitu perbaikan hanya dilakukan pada saat
kondisi mesin rusak. Tidak ada pengeluaran biaya untuk pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance). Kondisi ini hanya
cocok bila ada suku cadang yang memadai.
2. Pemeliharaan rutin (routine maintenance),
yaitu pemeliharaan ini dilakukan secara
periodik menurut siklus operasi berulang, dapat berupa pemeliharaan harian, mingguan atau berdasarkan jam operasi
(running hour). Kegiatan yang dilakukan dapat berupa pembersihan (sweeping),
penyetelan (adjustment), pelumasan (oiling) atau penggantian (replacement).
Pemeliharaan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan dan mengurangi
biaya perbaikan.
3. Pemeliharaan
korektif (corrective maintenance), yaitu Pemeliharaan yang dilakukan untuk
mengembalikan kondisi peralatan yang sudah tidak berfungsi hingga terpenuhi
kondisi yang diinginkan sehingga diharapkan terjadi peningkatan produktivitas
peralatan.
4. Pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance), yaitu pemeliharaan ini dilakukan inspeksi
secara periodik dengan tujuan untuk mencegah kerusakan dini.
5. Pemeliharaan
prediktif (prediktif maintenance)
Total
Productive Maintenance (TPM) didefinisikan oleh
Mobley (2008) sebagai sebuah strategi pemeliharaan komprehensif yang didasarkan atas pendekatan daur hidup (life cycle). Alat
yang dapat meminimumkan terjadinya kerusakan pada peralatan, cacat produksi dan
kecelakaan kerja. TPM melibatkan siapapun dalam organisasi, mulai dari top
level management hingga ke teknisi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
ketersediaan (availability) secara berkesinambungan dan mencegah terjadinya
penurunan kinerja alat dalam usaha memperoleh efektivitas yang maksimal.
Mobley
(2008) membagi komponen TPM menjadi tiga
bagian yang berbeda yaitu : autonomous maintenance, planned maintenance dan
maintenance reduction.
a. Autonomous
Maintenance (Pemeliharaan Mandiri)
b. Planned
Maintenance (Pemeliharaan Terencana)
c.
Maintenance
Reduction ( Mengurangi Jumlah
Pemeliharaan)
MANAJEMEN
PEMELIHARAAN PT UNILEVER INDONESIA, Tbk
PT. Unilever sendiri sangat memperhatikan masalah
pemeliharaan ini, pada tahun 1992 Total Productive Maintenance (TPM) mulai
diaplikasikan di pabrik Angke Jakarta, hingga mendapatkan penghargaan TPM
Excellence Award yang merupakan kategori pertama dari Japan Institute of Plant
Maintenance (JIPM). TPM merupakan sistem
peningkatan efisiensi kinerja yang meliputi seluruh aspek, yang bertujuan untuk
membentuk kultur perusahaan PT. Unilever
Indonesia yang mampu mencapai efisiensi maksimum dari seluruh sistem produksi
dan membentuk suasana kerja untuk mencapai zero failure, zero accident, dan
zero defect. PT. Unilever menggunakan pedoman Total Productive Maintenance (TPM)
dalam menjalankan perusahaannya. TPM berasal dari Negara Jepang yang sudah
digunakan sejak tahun 70-an. Dimulai dengan dibentuknya sistem JIT (just in time) supply chains yang diciptakan oleh
industri-industri manufaktur di Jepang. TPM dapat diartikan sebagai perawatan
untuk meningkatkan produktivitas dengan melibatkan semua orang yang terlibat
dalam proses produksi, mulai dari tingkat top management hingga operator dan
berasal dari semua departemen yang berada di dalam pabrik. Kegiatan TPM
dilakukan melalui kegiatan kelompok kecil (circle) yang bertujuan agar semua
orang dapat terlibat, terdengar dan berperan serta meningkatkan produktivitas
kerja di bagian masing-masing. TPM memiliki beberapa tujuan yaitu, meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia (karyawan) dan perusahaan, memanusiakan manusia
produktif dan meningkatkan kemampuan dan perawatan mesin. Tujuan tersebut akan
berjalan seiring dengan sasaran TPM yaitu zero failure, zero accident, dan zero
defect. Pencapaian tujuan dan target tersebut
didasari dengan gerakan kaizen (perbaikan) yaitu, 5 S :
1.
Seiri (clearing up), menyingkirkan benda-benda
yang tidak diperlukan
2.
Seiton (organizing), menempatkan barang-barang
yang dibutuhkan dengan rapi
3.
Seiso (cleaning), membersihkan peralatan dan
daerah kerja
4.
Seiketsu
(standardizing), membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi
5.
Shitsuke (training & discipline),
meningkatkan ketrampilan dan moral.
TPM dapat berdiri dari 9 (sembilan) pilar yang menjadi dasar-dasar
penerapan dan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan berhasil atau
tidaknya pelaksanaan TPM. TPM menjadi penting untuk diimplementasikan karena
TPM efektif untuk mengurangi kerugian - kerugian (looses) yang terjadi pada
perusahaan. Sembilan Pilar TPM antara
lain:
1.
Pemeliharaan Mandiri (Autonomous Maintenance),
yaitu mengubah pola pikir karyawan, sehingga akan tercapai self maintenance, penggunaan peralatan secara
efektif dan maksimum.
2.
Peningkatan Bagian (Focused Improvement), yaitu dilakukan
perbaikan mesin setelah diketahui kerusakan, loss dan bagian-bagian mesin untuk
meningkatkan hasil dan efisiensi dari setiap lini.
3.
Pemeliharaan Terencana (Planned Maintenance),
yaitu pemeliharaan mesin-mesin produksi secara periodik agar kinerja mesin
menjadi tinggi, ekonomis dan efektif.
4. Pelatihan
(Training), pelatihan dilakukan terhadap karyawan perusahaan agar diperoleh
karyawan yang berkualitas dan berbobot.
5.
Kontrol Awal dan Pencegahan Perawatan, Didesain
secara cermat untuk menentukan spesifikasi mesin baru dengan biaya operasional
rendah, perencanaan proses, dan mempertimbangkan loss yang akan terjadi.
6.
Pemeliharaan Mutu (Quality Maintenance)
Pemeliharaan peralatan berdasarkan prinsip dasar dalam perolehan seluruh mutu
produk dalam keadaan baik. Pemeliharaan meliputi 4M (Man, Machine, Materials
dan Methods)
7.
TPM di perkantoran (TPM in office) Memperbaiki
sistem kerja dan sistem pendokumentasian dalam kantor
8.
Keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja
(safety, health and environment) Setiap karyawan harus memiliki pengetahuan
dalam keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja agar dapat menunjang
produktivitasnya.
9.
Manajemen Rantai Suplai (Supply Chain Management)
memperbaiki sistem untuk menghilangkan biaya-biaya dan losses manajemen
Total Productive Maintenance berperan sebagai sistem kerja yang
memfokuskan pada perbaikan produktivitas dengan meletakkan fondasi yang baik
dan kuat. Pendekatan TPM dilakukan melalui komitmen total, komunikasi atas ke
bawah dan sebaliknya, serta selangkah demi selangkah. Pelaksanaan TPM secara
terus menerus diharapkan menjadi budaya kerja bagi karyawan PT. Unilever,
sehingga para karyawan memiliki kebiasan dalam bekerja yang dapat
merealisasikan tujuan dan sasaran TPM. Target dan sasaran TPM dibuat realistis
dan terukur, direfleksikan pada produktivitas, quality, cost, delivery, safety serta
moral dan semangat.
Circle TPM
dibentuk dengan foreman-foreman sebagai
circle leader, bila jumlah anggota circle terlalu besar, maka dipecah
atas sub-circle dengan anggota 5 hingga 6 orang. Circle leader disini merupakan
titik-titik pengikat dari organisasi yang bersinggungan dengan semua karyawan
yang
berpartisipasi.
Standar yang berada diperusahaan haruslah tetap atau dipertahankan, tidak
berubah-ubah. Apabila kondisi tersebut sudah tercapai maka standar dapat
diperbaharui (inovasi) untuk mencapai kualitas yang lebih baik.
Penetapan
standar menyangkut faktor 4M yaitu Machine, Man, Material, dan Method, serta
Procedure.
Tujuh
kerugian yang dapat terjadi pada efektifitas peralatan adalah:
1) kerugian yang disebabkan Breakdown,
2) Kerugian
saat pengaturan dan penyesuaian peralatan,
3) Kerugian
saat pergantian Cutting tool,
4) Kerugian
saat awal produksi,
5) Kerugian
yang disebabkan Minor stop,
6) Kerugian
karena Kecepatan produksi, dan
7) Kerugian
karena Quality defect dan rework.
Menggunakan
sistem TPM pada produksi akan meminimalisasi kerugian dan memaksimalkan
efektifitas dari peralatan atau mesin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar